Rabu, 07 November 2018

PENULISAN DAN PRESENTASI | MAKALAH STUDI KASUS KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN KARTANEGARA

KEGAGALAN STRUKTUR 
JEMBATAN KARTANEGARA


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1             Latar belakang
Negara Indonesia adalah negara kepulauan, di mana kebutuhan transportasi antar pulau memang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian antar pulau dimana perlu dibuat suatu tannspotasi penghubung antar pulau seperti kapal laut dan jembatan penghubung. Selain itu hubungan transportasi antar daerah yang terpisah oleh sungai atau danau juga perlu dibuatkan alat penghubung seperti jembatan agar dapat meningkatkan kebutuhan perekonomian dari kedua daerah yang terpisah tersebut. Apalagi di era globalisasi yang semakin  pesatnya perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat akan transportasi dan perhubungan akan semakin kuat. Hal ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan kegiatan perekonomian yang mengglobal, yang mengakibatkan masyarakat harus saling berinteraksi satu sama lain walaupun terhalangi oleh sungai, bahkan laut.
Sebagai alat penghubung, jembatan  harus mempunyai stuktur yang kuat yang dapat memberikan keselamatan bagi masyarakat pengguna. Akan tetapi, tidak semua pembangunan jembatan sesuai dengan standar perencanaan, hal ini dikarenakan oleh kondisi, dana, keahlian pekerja, kualitas bahan yang digunakan, dan sebagainya. Akibat dari pembangunan jembatan yang tidak sesuai standar perencanaan, maka terjadi kegagalan konstruksi yang dapat merugikan masyarakat dan pemerintah.
Salah satu contoh kegagalan konstruksi jembatan terjadi pada jembatan kukar atau tenggarong atau jembatan Mahakam II. Kegagalan konstruksi ini mengakibatkan kurang lebih 20 orang tewas, dan puluhan orang lainya luka-luka.
Untuk mengetahui sebab terjadinya keruntuhan jembatan Tenggorong, maka diperlukan  tinjauan lapangan untuk meneliti penyebabnya. Permasalahan konstruksi yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam pembangunan selanjutnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga kami tertarik untuk mengetahui tentang Jembatan Kutai Kartanegara.


1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah penyebab terjadinya keruntuhan Jembatan Kartanegara tersebut?
2. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari keruntuntuhan jembatan tersebut?
3. Apa solusi yang harus diberikan agar kejadian ini tidak akan terulang kembali


1.3 Tujuan pembuatan makalah
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya keruntuhan jembatan Kartanegara.
2. Untuk mengetahui akibat yang ditimbukan dari keruntuhan jembatan Kartanegara.
3. Untuk mendapatkan solusi yang tepat agar kejadian ini tidak akan terulang kembali.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Jembatan Kartanegara
Jembatan berlokasi di Kalimantan: Lokasi, yang mana dalam zona gempa Indonesia ada dalam kategori zona aman. Jadi, tipis kemungkinan seperti Peace River Bridge yang kolaps karena pergeseran tanah dibawah konstruksi.
Jembatan baru berumur 10 tahun: Biasanya sebuah jembatan didesain untuk umur 30-50 tahun, kecuali ada perubahan beban diatasnya maka perlu ditinjau. Maksudnya, semisal desai awal jembatan adalah untuk dilewati beban bergerak (kendaraan) sekitar 100 kendaraan per hari kemudian dikenyataannya adalah 200, tentu sudah tidak memenuhi syarat rencana awal desain. Hal ini secara langsung berhubungan dengan umur jembatan.
Penyebab utama kegagalan konstruksi tidak mencapai umur awal rencana:

1. Kesalahan Desain Awal (Pihak Perencana)
Untuk perencanaan Jembatan, tentu ada standar yang mesti kita ikuti, misalnya, kalau merencanakan Jembatan  harus berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), ikutilah ketentuan desain dan parameternya, bagaimana perhitungan pembebanan (pertimbangan beban mati/berat konstruksi, beban bergerak (beban yang bergerak diatasnya), beban angin, gempa dsb.). Sehingga kekuatan rencana awal Jembatan bisa direalisasikan, dan kesalahan dalam hal pemilihan material (tulangan, baut, bantalan elastomer, kabel untuk jembatan tipe suspense, dlsbg.) bisa dihindari.

2. Penyimpangan Pelaksanaan di Lapangan (Tim Pengawas Lapangan)
Penyimpangan pelaksanaan berarti: ketidaksesuaian spesifikasi teknik dan material. Maksudnya, kesalahan pemasangan atau kesalahan pada material tidak seperti rencana. Kesalahan pemasangan terjadi jika pelaksana lapangan lalai, atau mungkin tidak mengerti membaca gambar (kerja di lapangan tapi tidak mengerti gambar?). Kemudian, kesalahan penggunaan bahan: tentu berbeda menggunakan tulangan ukuran 10 dengan 8 apalagi kalau sampai mengurangi jumlahnya, juga kualitas dari merek satu dengan yang lain.

3. Perawatan  (Pihak Maintenance)
Semua ada umurnya, dan untuk itu perlu perawatan berkala untuk tetap mengantisipasi kerusakan atau perubahan berkala yang terjadi pada konstruksi (misalnya, retak karena beban yang diterima jembatan meningkat atau karena umur material, dsb). Walau pada kenyataannya, bagian perawatan ini masih sering diabaikan, tapi justru tidak kalah penting bila dibanding desain awal.


BAB III
PEMBAHASAN


 3.1 Analisis penyebab kegagalan konstruksi
Jembatan Kutai Kartanegara adalah salah satu Jembatan yang dirancang dengan menggunakan cable-suspension sebagai konstruksi utamanya yang berfungsi sebagai penahan sekaligus penyalur tegangan-tegangan yang terjadi yang diakibatkan beban-beban statis ataupun juga beban-beban dinamis. Dimana dalam perhitungan konstruksi jembatan biasanya diistilahkan dengan Beban Mati (Dead Load) dan beban hidup (live Load)
Selain kedua istilah beban tersebut masih ada istilah lain untuk beban-beban yang biasa terjadi dan harus diperhitungkan antara lain beban angin (Wind Load) dan beban yang disebabkan oleh gempa (Seismic Load) serta masih adalagi tetapi jarang diperhitungkan yaitu Resonansi Load yang disebabkan pengaruh dari suatu bunyi yang cukuup keras dan  bisa menimbulkan getaran pada kontruksi jembatan, terjadi pada tempat-tempat tertentu yang sering dilanda angin kencangatau badai. Dalam analisis perhitungannya beban-beban tersebut harus dikombinasikan antara satu dengan yang lain berdasarkan aturan-aturan yang sudah baku dan telah ditetapkan sebagai peraturan-peraturan yang ahrus diikuti dan dilaksanakan.
          Adapun yang dimaksud beban mati di atas adlah semua bagian komponen atau material konstruksi yang bersifat tetap dan terus menerus membebani keberadaan konstruksi tersebut. Untuk beban hidup umumnya merupakan beban segala macam kandaraan yang melintas dan mempengruhi konstruksi tersebut sewaktu pada saat berada diatasnya. Sedangkan beban angin dan beban gempa sifatnya temporary tetapi tetap harus ada dalam analysisnya.
Mengamati dan mencermati dari insiden kagagalan konstruksi pada jembatan kutai Kartanegara yang terjadi pada hari sabtu tiga hari yang lalu berdasarkan keterangan saksi-saksi pada saat terjadinya insiden kegagalan konstruksi, secara teoritis ada dua hal yang dapat menyebabkan hal tersebut
1.    Pertama, akibat adanya pengruh maitenance atau pemeliharaan (saat insiden terjadi maitenence/pemeliharaan sedang berlangsung).
2.    kedua adanya peningkatan beban hidup yang bisa menjadikan terjadinya kelebihan beban (over load). Untuk alasan pertama kemungkinannya sangat kecil karena umumnya maintenance atau pemeliharaan dilakukan dengan tidak mengganti atau merubah konstruksi utama jembatan.
            Bagaimana dengan kemungkinan kedua hal ini terjadi secara tidak langsung akibat dari adanya maintence/pemeliharaan dikarenakan adanya buka tutup salah satu sisi jalan pada jembatan sehingga menyebabkan perlambatan dan bahkan bisa kemacetan kendaraan yang berpengaruh pada peningkatan beban pada salah satu sisi yang lain hal ini bisa membuat lantai jembatan miring tegak lurus sisi arah jalan pada jembatan ini sesuai dengan keterangan salah seorang saksi yang melihat terjadinya kemiringan sisi jembatan pada saat insiden. Mungkin hal ini penyebabnya?
Jika dilihat dari kontruksinya yang terbagi menjadi beberapa macam kontruksi yaitu Kontruksi utamanya, pertama adalah pondasi atau pilar, pada jembatan Kartanegara ini meskipun ada sedikit cacat, tetapi tetap kokoh berdiri, dalam hal ini tentunya bukan menjadi penyebab kegagalan kontruksi pada jembatan Kartanegara ini. Kedua block beton penahan angkur cable tetap ada serta masih kokoh dan demikian pula cable suspensionya tetap menempel serta tergantung pada pilar utama, sekalipun ada informasi block beton sedikit ada keretakan dan pergeseran tetapi hal itu sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya, indikasi itu bisa dicermati pernah adanya pelebaran pada perletakan girder salah satu sisi yang terletak di Tenggarongnya.
Kalaupun hal tersebut terjadi karena kegagalan end blok ternyata konstruksi rangka tetap tergantung pada tempatnya dan tidak secepat hitungan detik jatuhnya bersamaan ke sungai serta adanya bekas dari pergeseran tersebut. Dalam suatu kesempatan sertfikasi konstruksi pada 2004 di kota  Samarinda, salah satu mentornya yang cukup mengetahui dalam perancangan jembatan tersebut menyebutkan secara teknis bahwa untuk sistem pembagian distribusi pembebanan pada jembatan kutai Kartanegara, terbagi 2, yaitu: rangka baja dengan bentang 270 meter tersebut merupakan konstruksi penahan untuk semua beban mati yang disalurkan ke pilar utama dan selanjutnya ke pondasi. Dan cable suspension utama sebagai penahan konstruksi semua beban hidup untuk disalurkanke pilar dan seterusnya ke pondasi.
Pada saat sebelum terjadinya keruntuhan adanya peningkatan jumlah kendaraan yang melintas dalam ini merupakan beban hidup. Tentunya akan diterima calbe suspension-nya sebagai penyalur utama tegangan yang timbul dari akibat hal itu. Yang sangat menarik kiranya untuk dicermati adalah semua beban hidup dari kendaraan yang akan disalurkan ke cable suspension harus melewati kontruksi yang biasa disebut tie-rod/hanger atau penggantung. Titik terlemah pada konstuksi tie-rod/hanger ini terletak pada derat bautnya dan pada clampnya. Jika kita mengamati keruntuhan dilokasi insiden, hampir-hampir tidak tampak dari sisa-sia  kontruksi tie-rod/hanger atupun penggantung tersebut, jika disebabkan derat bautnya dapat dipastikan sekurang-kurangnya masih tetap tergantung dan berada pada tempat terkoneksinya di cable-suspension, sementara clamp-clampnya juga tidak tersisa. Sangatlah sayang jika hal ini dikesampingkan begitu saja, terutama pada kekuatan material clamp-nya yang pantas untuk dicurigai sebagai penyebabnya.
Dugaan lain, Kolapsnya jembatan yang sedang dalam tahap perawatan ini, menurut mas Eko dalam tulisannya bahwa, “pertama tali yang putus dari tengah kemudian secara beruntun tali-tali di sisi lainnya mengikuti putus dan runtuh”.
Dugaan sementara bahwa kegagalan konstruksinya ada pada clamp cable hanger nyayang tidak lagi sanggup menahan perubahan beban. Perubahan beban bisa disebabkan: saat adanya perawatan yang disebut, pengalihan beban pada sisi tertentu jembatan membuatnya tidak imbang (terpusat), sementara, kondisi tekanan angin mungkin menambah tekanan pada kabel, dan dalam kondisi itu, ada baut yang aus, lalu putus.Disisi lain, ada yang menduga bahwa tiang utama penyangga bergeser dari pondasi, pemikiran ini tentu juga memungkinkan kearah kabel vertikal tertarik dan kemudian putus.


Hasil analisis kami,
Analisis yang kami dapatkan sesuai data-data yang kami peroleh, kemungkinan utama pada saat perawatan, penutupan salah satu sisi jalan yang mengkibatkan beban berat sebelah dan ditambah beban angin selain itu kondisi baut kabel dan kualitasnya dapat mempengaruhi ambruknya jembatan kerta negara ini, karena saat jembatan kelebihan beban pada salah satu sisi baut lepas dari tengah terus ke samping, dan kabel vertikal kondisinya masih baik (tidak putus) . Ambruknya salah satu bagian jembatan mengakibatkan pilon condong ke bagian yang belum ambruk, dan sisi sebelah jembatan yang belum ambruk harus menahan beban sindiri, akibatnya sisi inipun juga ambruk.


3.2 Akibat yang ditimbulkan dari keruntuhan jembatan Kartanegara
Ambruknya Jembatan Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, membawa kecemasan atas rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS). Ahli konstruksi harus menutup kemungkinan kegagalan untuk pembangunan jembatan penghubung Pulau Jawa dan Sumatera ini.
Direktur Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung R. Prabowo memastikan pihaknya akan ikut membangun JSS dengan prinsip kehati-hatian. Anak perusahaan Artha Graha Network ini hampir dipastikan menjadi ketua konsorsium pembangunan JSS. Sebelumnya, PT BSM telah melakukan prastudi kelayakan JSS bersama Pemprov Lampung dan Banten.
’’Pasti kami harus melakukan yang bagus, mulai desain dan lain-lain. Ini jembatan besar sekali. Studi yang dilakukan ke depan akan sebaik mungkin, lebih fokus,’’ ujar Agung kepada Radar Lampung melalui telepon genggamnya kemarin (30/11).
Dengan tidak mengecilkan konstruksi Jembatan Tenggarong, Agung menyatakan bahwa JSS direncanakan lebih matang dengan standar mutu tinggi. Ditegaskan, mekanisme pembangunan jembatan tidak dapat dipisahkan. Mulai rancangan, desain, konstruksi, hingga pemeliharaan menjadi satu paket yang tidak terlepas. ’’Semua tahap harus dilakukan dengan cermat,’’ ujarnya.
Dijelaskan, desain dan material untuk JSS dipilih yang mampu bertahan lama. Pemeliharaan jembatan sepanjang kira-kira 30 kilometer ini juga tidak dapat dilakukan sembarangan. Jika JSS telah beroperasi, akan diberlakukan structural hold monitoring system atau sistem pemantauan struktural yang berkelanjutan.
’’Itu nantinya computerize. Jadi bisa mendeteksi yang akan terjadi. Terutama terkait peringatan dini, di mana tingkat korosi yang tinggi akibat kadar garam air laut. Jadi nanti juga maintenance (perawatan) antikarat,’’ papar dia.
Pemeliharaan yang akan dilakukan, imbuhnya, akan dilaksanakan setiap tahun. Teknisnya, sepanjang tahun akan dilakukan perawatan jembatan sepanjang 30 kilometer dengan bolak-balik dari Lampung ke Banten dan sebaliknya. ’’Jadi pemeliharaan akan dilakukan secara terus-menerus,” pungkasnya.
Terpisah, Sekretaris Umum Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (ATAKI) Lampung I.B. Ilham Malik mengatakan, pembangunan JSS memang harus belajar dari Jembatan Tenggarong. Selain itu, juga harus belajar dari Jembatan Suramadu di Jawa Timur yang menghubungkan Surabaya dan Madura.
’’Untuk pembangunan JSS, kami berharap, tutuplah kemungkinan kegagalan-kegagalan itu. Kita harus belajar dari dua jembatan itu,” kata Ilham di Graha Pena Lampung.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Lampung itu menambahkan, selama ini media massa tidak pernah memublikasikan kegagalan Jembatan Suramadu. Faktanya, kata dia, sampai hari ini tidak ada satu pun kendaraan barang boleh melewati jembatan itu.
Menurut dia, itu menandakan bahwa memang ada metode pelaksanaan yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konstruksi. Jika memang saat akan dibangun Jembatan Suramadu diorientasikan agar kegiatan industri berkembang di dua kawasan tersebut, maka seharusnya kendaraan-kendaraan barang dapat melintasinya.
’’Kenapa nggak boleh melalui (jembatan) itu? Alasannya mungkin untuk menjaga kapal penyeberangan tetap eksis. Saya kira itu tidak masuk akal,” ujar akademisi Universitas Bandar Lampung ini.
Ilham menyimpulkan, Jembatan Suramadu masuk ke dalam fase kegagalan pelaksanaan karena ternyata tidak bisa dilalui truk barang. Begitu juga dengan ambruknya Jembatan Tenggarong. Dia yakin fase perencanaan dua jembatan ini sudah sangat baik. Kegagalan dua jembatan itu berada pada pelaksanaan.
’’Kami sangat tidak berharap seperti kejadian Jembatan Tenggarong yang baru berapa tahun dibangun kemudian ambruk. Jembatan ini gagal dari sisi pelaksanaan dan pemeliharaan. Jadi kami harap pelaksanaannya (JSS) akan baik,” kata Ilham.
Pasalnya, perencanaan JSS yang didesain Prof. Wiratman Wangsadinata ini memang sangat baik. Mulai dari sisi desain hingga uji kelayakannya. “Tinggal pelaksanannya nanti, bisa tidak, mengikuti seperti yang direncanakan,” ujarnya,
Ia mengira, Jembatan Tenggarong direncanakan dengan sangat visible dan sesuai kaidah-kaidah konstruksi. Terkait ini, dia berharap, JSS tidak dibangun hanya sebagai proyek mercu suar. Jika memang menarik, pembangunan semestinya dilakukan saja murni kepada investor.
Jika pemerintah yang ingin membangun, dia meminta pembangunan dilakukan konsisten seperti yang direncanakan. Ilham yakin jika JSS dibangun oleh swasta, dan tidak menggunakan utang luar negeri atau dana dari pemerintah, jembatan ini bisa eksis. Saat ini, kata dia, pemerintah menggadang-gadang jss, sementara sumber dananya belum jelas.
    “Memangnya, kalo ground breakingnya itu selesai, maka jss cepat dibangun? Belum tentu. Karena pertanyaannya, siapa yang mau beri kita utang? Perbankan atau pemerintah luar negeri?” tandasnya.
Jika belajar dari Jembatan Suramadu, yang memberi utang atas pembangunan itu adalah pemerintah Tiongkok. Dan sebanyak 50 persen dari pelaksana konstruksinya juga dilakukan oleh pengusaha dari Tiongkok. Sehingga kemudian terbangunlah Jembatan Suramadu, walaupun hasilnya ternyata tidak dilalui oleh kendaraan barang.
’’Hanya kendaran pribadi. Itu namanya proyek mercusuar,” imbuh dia.
Untuk JSS, lanjutnya, jika nantinya pemerintah Tiongkok kembali memberikan investasi, maka hasilnya benar-benar harus diperjelas. Apakah ini nanti kereta api ada di atas jembatan, atau hanya rel. ’’Jadi harus bisa dijamin ini bisa dilewati truk dan kereta api,” pungkasnya.


BAB IV
PENUTUP



  4.1 Kesimpulan

1.  Terdapat empat beban yang harus diperhitungan konstruksi :
a. Beban Mati (Dead Load)
b. Beban Hidup (Live Load)
c. Beban Angin (Wind Load)
d. Gempa (Seismic Load)
2. Penyebab–penyebab kegagalan konstruksi
a. akibat adanya pengruh maitenance atau pemeliharaan (saat insiden terjadi  maitenence/pemeliharaan sedang berlangsung).
b.    adanya peningkatan beban hidup yang bisa menjadikan terjadinya kelebihan beban      (over load). Yang mengakibatkan kabel vertikal terputus dari kabel utama.
3.Akibat yang ditimbulkan
a.  membawa kecemasan atas rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS).
b.  kurang lebih 20 orang tewas, dan puluhan orang lainya luka-luka.



4.2 Solusi

Solusi yang dapat kami berikan :
1.      Untuk menyeimbangkan volume kendaraan Sebaiknya pada saat perawatan jembatan, volume kendaraan dibatasi dati titik awal jembatan dan menutup semua jalur yang sedang dilakukan perawatan mulai dari tepi awal jembatan sampai tepi akhir jembatan, hal ini memungkinkan kendaraan melintasi satu jalur yang terdiri dari dua lajur yang belum dilakukan perawatan. Gunakan lajur kiri sebagai pengganti jalur kiri dan lajur kanan pengganti pengganti jalur kanan, dengan hal ini keseimbangan beban kendaraan akan tercapai.
2.      Sebaiknya Diadakan Pembatasan volume kendaraan terutama pada saat diadakan perawatan. Pada saat perawatan, maka ada penutupan jalur yang megakibatkan kemacetan pada kendaraan, kemacetan kendaraan ini dapat berakibat buruk jika ditambah beban angin, serta beban kendaraan berat pekerja perawatan Jembatan.
3.      Dalam perawatan jembatan perlu juga memperhatikan kondisi cable, baut dan pondasi tiyang penyangga. Artinya perawatan tidak hanya pada jalan atau kondisi baloknya saja, tetapi juga memperhatikan kondisi yang mendasar dari jembatan. 

4.3 Saran

Dalam pembangunan, tidak hanya melihat desain secara tampaknya saja, melainkan perlu dilihat dari kualitas bahan yang digunakan. Selain itu, perlu diadakan pengecekan saat pekerja membaca gambar desain.

Jumat, 02 November 2018

PENULISAN DAN PRESENTASI | MAKALAH SISTEMATIKA PENULISAN YANG BAIK DAN BENAR


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang, Sistematika Penulisan yang Baik dan Benar.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Sistematika Penulisan yang Baik dan Benar ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
            Depok, 02 Oktober 2018
                                                                                                           
                                                                                                                                       Mira Zakia



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN    
1.1  Latar Belakang   
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI
       2.1 Landasan Teori

BAB III PEMBAHASAN
3.1  Pengertian Makalah
3.2 Langkah-Langkah dalam Penulisan Makalah
3.3  Sistematika Penulisan Makalah

BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan
4.2  Saran  

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Menurut (Abdullah 2016) dari Institut Teknologi Bandung, cara membuat makalah yang baik dan benar harus dimulai dari riset. Riset bertujuan untuk menemukan suatu masalah yang urgen diangkat. Syaratnya, masalah yang nanti dipilih menjadi pembahasan dalam makalah wajib belum ditemukan solusinya.
Akan lebih baik lagi jika masalahnya belum pernah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Apabila ternyata sudah, pastikan riset penulis sebelumnya belum membuahkan hasil menggembirakan, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Topik masalah yang menarik sebaiknya tidak begitu saja dipilih. Pertimbangkan kemungkinan penelitian ilmiahnya. Ada prinsip keilmiahan yang senantiasa harus dipegang selama proses penyusunan karya ilmiah dalam bentuk apapun, temasuk makalah.
Makalah ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah (UM, 2017). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa makalah adalah salah satu jenis karya ilmiah yang pasti selalu dibuat oleh mahasiswa. Beberapa sekolah menengah bahkan telah mengajarkan dasar-dasar cara pembuatan makalah yang baik dan benar.

1.2              Rumusan Masalah
1)      Apa yang dimaksud dengan makalah?
2)   Apa saja langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam penulisan makalah?
3)      Bagaimana sistematika penulisan makalah yang baik dan benar?

1.3              Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1)      Pengertian makalah
2)      Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam penulisan makalah
3)      Sistematika penulisan makalah yang baik dan benar




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1              Landasan Teori
Makalah adalah karya ilmiah membahas sebuah permasalahan dan pembahasannya berdasarkan analisis secara objektif yang ditulis oleh seseorang atau kelompok. Makalah biasanya dipresentasikan dalam perkuliahan, seminar, ataupun simposium.
Dalam penyusunannya, makalah dibuat dengan menggunakan bahasa baku disertai istilah-istilah keilmuan bergantung bidang ilmu tertentu. Data yang digunakan dalam makalah bersifat empiris-objektif sehingga pemaparannya jauh dari sudut pandang subjektif dari penulisnya atau kelompok yang menyusunnya.
Makalah memiliki beberapa ciri atau karakteristik, yaitu pertama, makalah merupakan hasil kajian literatur dan/atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan dari cakupan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Ciri kedua, makalah mendemonstrasikan pemahaman penulis atau kelompok yang membuatnya tentang permasalahan teoritik atau sebagai sarana penerapan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan topik permasalahan.
Ciri ketiga ialah menunjukkan pemahaman penulis atau kelompok yang membuatnya atas isi dari berbagai sumber yang digunakan dalam penyusunannya. Ciri keempat, makalah mendemonstrasikan kemampuan penulis meramu berbagai sumber informasi dalam suatu sintesis yang utuh. Jadi, dengan kata lain, makalah merupakan sebuah bentuk hasil pemaparan pemikiran penulis atau kelompok yang membuatnya dalam memahami suatu topik masalah tertentu.
  


BAB III
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian Makalah
Makalah merupakan naskah yang sistematik dan utuh yang berupa garis-garis besar (outlines) mengenai suatu masalah, dan ditulis dengan pendekatan satu atau lebih disiplin keilmuan tertentu, baik itu menguraikan pendapat, gagasan maupun pembahasan dalam rangka pemecahan masalah tersebut. Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup pengetahuan. 
Makalah merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian studi. Suatu makalah memiliki karakteristik sebagai berikut.
1)   Merupakan hasil kajian literatur atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan permasalahan dalam kegiatan.
2)  Mendemonstrasikan pemahaman siswa tentang permasalahan teoritik yang dikaji atau kemampuan siswa dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan kegiatan belajar.
3)     Menunjukkan kemampuan pemahaman terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan.
4)   Mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam suatu kesatuan sintesis yang utuh.
Makalah yang dimaksudkan dalam hal ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)    Diangkat dari suatu kajian literatur dan atau laporan pelaksanaan kegiatan lapangan.
2)    Ruang lingkup makalah berkisar pada cakupan permasalahan dalam suatu mata kuliah.
3)  Memperlihatkan kemampuan mahasiswa tentang permasalahan teoritis yang dikaji atau dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan.
4)  Memperlihatkan kemampuan para mahasiswa dalam memahami isi dari sumber-sumber yang digunakan.
5)   Menunjukkan kemampuan mahaiswa dalam merangkai berbagai sumber informasi sebagai satu kesatuan sintesis yang utuh.
Berdasarkan jenisnya makalah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Makalah Induktif.
Makalah induktif adalah makalah yang disusun dengan berdasarkan hasil data empiris yang didapatkan melalui penelitian di lapangan, pastinya penelitian yang dilakukan penelitian yang masih relevan dengan pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah tersebut. Bisa disebut makalah induktif jika makalah tersebut dikembangkan dengan pola induksi, yaitu pada makalah tersebut harus diawali dengan hal-hal yang bersifat khusus lalu disimpulkan menjadi hal yang bersifat umum. Dalam artian kalimat utamanya berada di akhir paragraf.
2)      Makalah Deduktif.
Makalah deduktif adalah makalah yang disusun dengan  berdasarkan suatu kajian teori yang dapat diperoleh dari literatur yang sudah ada. Dapat disebut makalah deduktif jika makalah tersebut dikembangkan dengan pola deduksi, yang dimaksud deduksi adalah makalah yang dijelaskan dari hal yang bersifat umum kemudian menuju ke sifat yang lebih khusus. Dalam artian paragraf utama berada di awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat pendukung.
3)      Makalah Campuran.
Makalah campuran adalah gabungan dari dua makalah yaitu gabungan antara makalah induktif dengan makalah deduktif, yang mana dasar penyusunannya adalah suatu kajian teoritis dan data empiris. Paragraf-paragraf dalam makalah ini diawali dengan hal yang umum yang diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas bersifat khusus, kemudian ditutup lagi dengan kesimpulan yang bersifat umum. 

2.2              Langkah-Langkah dalam Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah, terdapat beberapa hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum mengerjakan suatu makalah yaitu:
1)      Menentukan tema atau topik makalah yang tepat
2)      Menentukan judul yang jelas
3)      Mengumpulkan bahan-bahan referensi
4)      Membaca makalah-makalah lain yang satu ema
5)      Menyiapkan kamus besar Bahasa Indonesia
6)      Menulis dengan fokus, sistematis, dan objektif

2.3              Sistematika Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah, terdapat sistematika penulisan yang harus diperhatikan sebelum mengerjakan suatu makalah yaitu:
1)      Cover
Cover yang ideal secara umum sesuai (UI, 2008) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a)      Terbuat dari karton tebal
b)      Spasi tunggal (line spacing = single) dan ukuran sesuai dengan contoh di masing-masing kampus yang Anda tempati.
c)      Diketik simetris di tengah (center).
d)     Judul tidak diperkenankan menggunakan singkatan, kecuali nama atau istilah (contoh: PT, UD, CV) dan tidak disusun dalam kalimat tanya serta tidak perlu ditutup dengan tanda baca apa pun.
e)      Logo: Logo Universitas dengan diameter 2,5 cm dan dicetak dengan warna aslinya
f)       Di bawah logo ada tulisan “Makalah,” judul makalah, nama penulis, nomor induk mahasiswanya, fakultas, program studi. Tempat, bulan dan tahun disahkan dalam bentuk angka format 4 digit (contoh: Oktober 2018)
g)      Ukuran font Times New Roman 12 poin
2)      Kata pengantar   
Berisi sepatah kata dari penulis makalah serta ucapan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini.
3)      Inti makalah
a)      Halaman sampul
Berisi judul secara lengkap, kata “makalah” diajukan sebagai lambang, nama penulis, Institusi, tahun, kota.
b)      Daftar isi
Memuat judul bab, judul subbab, judul anak subbab yang disertai nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Semua judul bab dikerik dengan huruf kapital.
c)      Daftar tabel
Memuat nomor table, judul table, serta nomor halaman untuk setiap tabel. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal, antara judul tabel yang satu dengan judul tabel yang lain di beri jarak 2 spasi.
d)     Daftar gambar
Cantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks.
e)      BAB 1 PENDAHULUAN
·   Latar Belakang Penelitian
Diuraikan tentang garis besar yang akan diselidiki/diamati, mengapa diselidiki, bagaimana menyalidikinya dan untuk apa diselidiki atau diteliti.
·   Rumusan Masalah
Merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya, pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah. Dalam format kalimat Tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampilkan variabel yang akan diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variable tersebut, dan subjek penelitian.
·   Tujuan penelitian
Maksud atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran yang dituju oleh peneliti. Di tuangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
f)       BAB II LANDASAN TEORI
Mengemukakan pembahasan masalah yang bersumber pada data yang diperoleh dibandingkan dengan teori yang terdapat pada berbagai sumber.
g)      BAB III PEMBAHASAN
Berisi pembahasan secara rinci dari setiap pokok permasalahanrisi pembahasan dari setiap masalah dan pokok permasalahan yang telah disajikan atau pembahasan secara rinci dari setiap pokok permasalahan
h)      BAB IV PENUTUP
·   Kesimpulan
Kesimpulan terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan. Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam BAB IV.
·   Saran
Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran dapat ditunjukkan pada suatu instansi seperti pemerintahan, lembaga, ataupun swasta, ataupun pihak lain yang dianggap layak.
i)        DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang informasi data yang didapat ketika membuat makalah. Adapun cara menulis daftar pustaka yang baik dan benar:
·   Nama penulis diurutkan secara alphabet dari A-Z, nama pengarang yang ditulis lebih dahulu adalah nama belakang, apabila ada nama penulis atau buku asing maka didahulukan terlebih dahulu.
·   Beri tanda titik sebagai jeda kemudian tulis tahun buku diterbitkan.
·   Selanjutnya beri tanda titik lagi dan tulis judul buku yang di cetak miring atau ditulis tebal dan diberi garis bawah.
·   Beri tanda titik lagi kemudian beri nama kota tempat buku di terbitkan.
·   Yang terakhir setelah kota beri titik dua dan tulis nama penerbit buku tersebut
·   Jika yang dipakai referensi pengarangnya sama tapi bukunya berbeda, menulis dapat dilakukan tepat dibawah nama penulis dan memberi garis panjang.
·   Sebaiknya dipisah antara referensi yang berasal dari buku, internet, atau media cetak.




BAB IV
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Makalah merupakan naskah yang sistematik dan utuh yang berupa garis-garis besar (outlines) mengenai suatu masalah, dan ditulis dengan pendekatan satu atau lebih disiplin keilmuan tertentu, baik itu menguraikan pendapat, gagasan maupun pembahasan dalam rangka pemecahan masalah tersebut. Makalah dibedakan menjadi tiga berdasarkan jenisnya, yaitu makalah deduktif, makalah induktif, dan makalah campuran.
Kerangka penulisan makalah yang baik dan benar antara lain makalah tersebut terdiri dari beberapa rangka yaitu:
1)      Cover.
2)      Kata Pengantar.
3)      Daftar Isi.
4)  BAB I PENDAHULUAN. Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penulisan.
5)    BAB II LANDASAN TEORI. Mengemukakan pembahasan masalah yang bersumber pada data yang diperoleh dibandingkan dengan teori yang terdapat pada berbagai sumber.
6) BAB III PEMBAHASAN. Berisi pembahasan secara rinci dari setiap pokok permasalahanrisi pembahasan dari setiap masalah dan pokok permasalahan yang telah disajikan atau pembahasan secara rinci dari setiap pokok permasalahan.
7)  BAB IV PENUTUP. Berisi kesimpulan apa saja kesimpulan dari penulis tentang topik yang telah dipilih, dan berisi saran yang diberikan oleh penulis.
8)  Daftar Pustaka. Berisi tentang informasi data yang didapat ketika membuat makalah.

3.2              Saran
Adapun saran yang diberikan pada penulis untuk pembaca yaitu:
1)  Penulis hendaknya menulis makalah berdasarkan data yang didapat dan hipotesis, agar penulis tetap fokus pada logika penulisan yang tepat.
2)   Penulis harus menulis makalah sesuai dengan sistematika yang baku agar makalah menjadi sistematis dan jelas.
3)   Data yang diambil harus mengambil posisi objektif dan jangan berkutat pada data yang berasal dari asumsi subjektif, agar data penelitian dapat dipertanggungjawabkan.










DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. “Ilmiah Internasional.” : 1–131.
Indonesia, Universitas. 2008. “Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia.” Depok, Universitas Indonesia.
Harras, Kholid A. ___. “Menyusun Karya Tulis Makalah.”__