Kamis, 18 Oktober 2018

PENULISAN DAN PRESENTASI | PENGEMBANGAN POTENSI BAMBU PADA KONSTRUKSI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN POTENSI BAMBU PADA KONSTRUKSI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN



ABSTRAK
Dewasa ini planet bumi sedang menghadapi anomali perubahan iklim yang cukup mengancam kelangsungan kehidupan semua makluk di planet ini, sehingga semua pihak dituntut untuk mampu menekan kegiatan yang menimbulkan emisi karbon dengan teknologi, alat, maupun sistem yang lebih ramah lingkungan.
Bidang industri konstruksi disinyalir menjadi pelaku kedua dalam menyumbang pemanasan global. Pemakaian bahan material yang tidak dapat diperbaharui dalam jangka waktu tertentu akan habis dan efek yang ditimbulkan merusak lingkungan. Penerapan material ekologis yang merupakan pemenuhan aspek pada konsep green building menjadi topik yang terus dikaji oleh peneliti atau praktisi.
Dunia Arsitektur merupakan penyumbang terjadinya percepatan global warming karena setiap tahun dibangun puluhan juta rumah diseluruh muka bumi dan mayoritas rumah -rumah ini dibangun dengan bahan dasar kayu sehingga secara otomatis mempercepat terjadinya perusakan hutan karena kebutuhan sebagai bahan bangunan, meskipun hutan yang dibabat dapat ditanami kembali namun butuh waktu yang sangat lama untuk pulih, paling cepat 30 tahun, sedangkan kayu-kayu tertentu butuh sampai ratusan tahun untuk pulih kembali menjadi hutan, dunia arsitektur juga tidak ketinggalan dengan inovasi-inovasi barunya yang telah melahirkan banyak bangunan maupun kawasan yang telah menerapkan konsep maupun teknologi arsitektur ramah lingkungan.
Bambu dapat menjadi salah satu alternatif bahan bangunan yang ramah lingkungan,yang dapat menggantikan kayu, karena bambu mudah untuk dibudidayakan, dapat hidup dengan baik hampir disemua jenis tanah, mulai dari dataran rendah hingga tinggi, dan relatif singkat untuk bisa dipanen dan setelahnya  dapat dipanen secara terusmenerus.


1.      PENDAHULUAN
Isu pemanasan global bukan marak dibicarakan pada ranah penyebab dan dampak yang terjadi,  akan tetapi telah bergerak pada tindakan nyata yang tertuang dalam sebuah disain atau tahap perencanaan yang merupakan tindakan efektif dan tepat untuk dilakukan.
Tidak heran dampak terhadap pembangunan konstruksi langsung terkena pada masalah pemanasan global. Seorang senator asal Amerika dikutip dari salah satu sumber media sosial, bernama Al Gore menyatakan bahwa dunia kini dalam kondisi terancam dampak pemanasan global.
Memang tidak dapat dipungkiri. Untuk itu langkah bijak bagi para kontruksi dan renovasi melakukan upaya perbaikan lingkungan. Dengan tetap dapat terus membangun tanpa memperaparah kondisi pemanasana global. Dan itu yang diantisipasi oleh PT Nikifour karawang; kontraktor sipil terbaik berpengalaman.
Mengingat pembangunan konstruksi sudah ditetapkan dalam Peraturan Perundangan Nasional dan Internasional. Selain kontruksi terkait bahan bangunan yang mengikis beberapa bahan alam, kontruksi dalam pembangunan juga merasakan hambatannya dalam pemanasan global. Perubahan cuaca yang tidak tentu yang paling nyata terjadi.
Dewasa ini semua negara berlomba-lomba untuk menemukan dan menerapkan teknologi ramah lingkungan disegala bidang, mulai pembangunan pembangkit-pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, tenaga panas bumi dll. yang selama ini mayoritas pembangkit listrik menggunakan sumber tenaga dari batu bara, maupun bahan bakar fosil, kemudian untuk kereta api, mobil dan motor dikembangkan menggunakan tenaga listrik, maupun tenaga air (hidrogen) dsb.
Dengan demikian, saat ini para praktisi di bidang bangunan termasuk para insinyur atau arsitek sudah mulai memikirkan material apa yang akan digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan yang handal, dengan berbagai pertimbangan secara teknis maupun non teknis, sehingga dapat diterapkan dan disosialisasikan kepada masyarakat sebagai bagian usaha pengurangan penyebab pemanasan global pada bumi. Solusi yang dapat ditawarkan adalah penggunaan material ekologis yang merupakan pemenuhan aspek pada konsep green building. Bambu merupakan alternatif penerapan material ekologis yang dapat diterapkan. Penggunaan bambu pada konstruksi bangunan diharapkan menjadi alternatif dalam pemenuhan aspek pada konsep green building atau bangunan ramah lingkungan. Namun demikian, potensi dan tantangan yang dihadapi pada material bambu juga perlu dikaji. Hal ini sangat erat kaitannya dengan sustainability (kesinambungan) material bambu. Untuk itu maka, tujuan artikel ini adalah menganalisis bambu sebagai alternatif penerapan material ekologis, termasuk potensi dan tantangannya.


2.      METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah analisis dokumen.


3.      PERMASALAHAN
Bagaimanakah mengembangkan dan mengolah potensi bambu dengan segala kelebihan dan kekurangannya supaya dapat menjadi bahan bangunan yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan.


4.      TUJUAN
Meningkatkan kualitas bambu dengan mengembangkan segala potensi yang ada supaya dapat menjadi bahan bangunan yang kekinian dan ramah lingkungan.


5.      TINJAUAN  PUSTAKA
5.1.      Jenis-jenis Bambu
Bambu termasuk kedalam jenis tanaman rumput-rumputan dengan rhizoma dependen, Bambu termasuk salah satu tanaman beruas  yang memiliki pertumbuhan paling cepat, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm bahkan lebih tergantung pada kondisi tanah dimana pohon bambu tumbuh, (Duryatmo 2000). Berikut adalah jenis-jenis bambu yang dapat digunakan sebagai material konstruksi bangunan:

a.       Bambu Batu atau Bambu Petung (Dendrocalamus Asper)
                      Pertumbuhan bambu ini dapat mencapai lingkar diameter sebesar 20 cm dengan panjang yang dilansir dapat mencapai 25 meter. Bambu petung memiliki ciri-ciri khas yakni diamaternya lebih besar jika dibandingkan dengan jenis bambu lain. Jenis bambu batu ini biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan tiang atau penyangga bangunan. Tidak hanya itu bambu ini juga dapat digunakan sebagai bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, mebel, anyaman, dan lain-lain.

b.       Bambu Hitam, Pring Wulung, Peri Laka (Gigantochloa Astroviolacea)
 Jika dibandingkan dengan jenis bambu batu atau petung, pertumbuhan bambu ini cenderung lebih kecil yakni hanya mencapai diameter sebesar 14 meter dengan panjang sekitar 20 meter. Salah satu jenis bambu hitam adalah bambu wulung, dimana ciri-cirinya adalah memiliki rumpun yang tidak rapat serta warna kulit batang yang hijau kehitamanan. Selain itu terdapat serta bergaris kuning muda.
Bambu hitam ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan instrument musik seperti angklung, calung, gambang serta pembuatan cemplung. Selain itu, bambu jenis ini juga dapat berfungsi sebagai bahan-bahan dasar insdustri kerajinan tangan dan bahan pembuatan mebel karena dinilai memiliki daya tahan terhadap hama.

c.       Bambu Apus, Pring Apus, Peri (Gigantochloa Apus)
Jenis bambu ini adalah bambu berdiameter paling kecil, yakni sekitar 4 – 10 meter. Sehingga bambu ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman pagar hias, Anda dapat membaca cara membuat pagar tanaman untuk melihat cara membuatnya. Salah satu jenis bambu ini adalah bambu apus, dimana ciri-cirinya adalah dapat tumbuh di dataran rendah maupun di daerah pegunungan. Warna kulit batang ini adalah hijau tua sampai dengan kehitaman.
Batang dari bambu ini dapat dimanfaatkan sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan memancing, kerajinan tangan seperti rak buku, insdustri pulp dan kertas sebagai dimanfaatkan sebagai penghalau angin kencang atau wind-break
5.2      Diversitas Secara umum
Tanaman Bambu dapat tumbuh mulai dataran rendah hingga tinggi, bahkan beberapa jenis bambu dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan baik di daerah iklim dengan empat musim, secara geografis. Tanaman bambu dapat tumbuh di wilayah antara 50°LU hingga 47°LS, yang meliputi daerah barat India hingga pegunungan Himalaya, daerah Asia Tenggara hingga Asia Timur, daerah Afrika, Australia dan Amerika, hanya benua Eropa saja yang tidak memiliki spesies asli tanaman bambu.

            5.3    Klasifikasi Ilmiah Bambu 
Secara ilmiah bambu dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi ilmiah sbb: Kerajaan : Plantae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Upfamili: Bambusoideae, Super Bangsa: Bambusodae, Bangsa: Bambuseae, pada beberapa jenis tanaman bambu dapat tumbuh hingga ketinggian 30 Meter dengan diameter batang antara 15-20cm, dan dapat bertahan hidup hingga suhu 29°Celcius.
 
5.4       Keunggulan Bambu Sebagai Bahan Konstruksi
Bambu merupakan material yang dibandrol dengan harga relatif murah. Rata-rata harga bambu saat ini berkisar antara Rp8.000 hingga Rp15.000 per batang tergantung kualitas. Coba bandingkan dengan harga kayu ukuran reng dan usuk saja, selisihnya sudah setengahnya. Itulah kenapa bambu bisa menjadi salah satu material yang direkomendasikan untuk menghemat budget pembangunan. Bentuknya yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya otomatis membuat bambu memiliki bobot yang lebih ringan daripada material-material yang lain. Hal ini memungkinkan distribusinya bisa dikerjakan lebih mudah, pun demikian dengan pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk sesuai keinginan penggunanya.
Bambu adalah bahan bangunan yang memiliki tingkat elastisitas yang tinggi. Material ini bisa mempertahankan kedudukannya dengan baik. Hal ini pula yang menjadikan bambu sebagai material terbaik untuk bangunan yang berdiri di daerah-daerah rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh, bobot bambu yang ringan tidak begitu membahayakan penghuni bangunan tersebut. Salah satu alasan kenapa bambu termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu mudah sekali hidup di suatu tempat. Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang paling cepat di dunia. Bambu yang layak digunakan biasanya berusia antara 3-5 tahun.
Bambu mempunyai tingkat kuat tarik yang setara dengan baja berkualitas sedang pada berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang sudah diawetkan terlebih dahulu diklaim sangat kokoh untuk dijadikan kolom bangunan bertingkat. Perlu diketahui, kabar hebatnya bambu dalam menopang bangunan sudah lama tersiar di masyarakat Indonesia terbukti dari banyaknya bangunan-bangunan kuno yang menggunakan bambu sebagai penopangnya.

5.5       Kelemahan Bambu Sebagai Bahan Konstruksi
Karena langsung dari alam dan bukan buatan pabrik, karakteristik bambu tidak pernah sama. Diameter yang berbeda-beda memerlukan ketelitian dalam proses seleksi bambu tahap awal. Apabila di perhatikan, jarak ruas di bambu pun tidak pernah sama dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini menyebabkan kesulitan tersendiri dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis.
Kendati tergolong material yang kuat, bambu memiliki kelemahan pada detail sambungannya. Sambungan antar-bambu yang membentuk struktur mempunyai tingkat kesulitan yang rumit. Sehingga diperlukan penguasaan bambu yang mendalam sebelum dapat menggunakannya dengan baik.
Rayap juga dikenal suka sekali menggerogoti bambu. Jika sudah diserang, tentu kekuatan bambu akan berkurang drastis dan cepat rusak. Solusi mengatasi kejadian buruk ini adalah dengan mengoleskan cairan anti-rayap di permukaan bambu secara berkala.

5.6       Bambu Sebagai Elemen Struktur Bangunan
Bambu sebagai elemen struktur bangunan gedung Bambu dapat digunakan untuk membuat semua komponen bangunan, baik struktural maupun non structural. Konstruksi bangunan bambu ini ditandai dengan pendekatan kerangka struktural mirip dengan yang diterapkan dalam konstruksi kayu. Dalam hal ini, elemen lantai, dinding dan atap saling dihubungkan dan saling bergantung satu sama lain untuk stabilitas keseluruhan. Ada kebutuhan untuk mengontrol deformasi lateral dalam beberapa bentuk tradisional bangunan pada khususnya. Kecukupan dan kesesuaian bangunan untuk hunian juga akan tergantung pada detail yang baik, misalnya untuk membantu mencegah masuknya air dan kelembaban, serangan jamur dan kutu kutu.
 a) Bambu sebagai pondasi
Jenis-jenis pondasi dari bambu yang umum digunakan antara lain bambu kontak tanah secara langsung, bambu di atas pondasi batu atau beton, bambu dimasukkan ke dalam pondasi beton, dan bambu sebagai tulangan beton. Secara umum, yang terbaik adalah menjaga bambu agar tidak kontak langsung dengan tanah, karena bambu yang tidak diobati dapat membusuk sangat cepat jika kontak dengan tanah.
b) Bambu sebagai Lantai
Lantai bangunan bambu mungkin di permukaan tanah, dan karena itu hanya terdiri dari tanah yang dipadatkan, dengan atau tanpa perkuatan dari anyaman bambu. Namun, solusi yang dipilih adalah untuk menaikkan lantai di atas tanah menciptakan jenis konstruksi panggung. Hal ini meningkatkan kenyamanan dan kebersihan dan dapat memberikan tempat penyimpanan tertutup 5 lantai ditinggikan, lantai menjadi bagian integral dari kerangka struktur bangunan. Lantai bambu biasanya terdiri dari balok bambu tetap untuk strip pondasi atau tumpuan ke pondasi. Balok-balok dipasang di sekeliling bangunan. Balok dan kolom umumnya berdiameter sekitar 100 mm.
 c) Bambu sebagai dinding
Penggunaan yang paling luas dari bambu dalam konstruksi adalah untuk dinding dan partisi. Elemen utama dari dinding bambu umumnya merupakan bagian dari kerangka struktural. Dengan demikian bambu harus mampu untuk menahan beban bangunan baik berat sendiri maupun beban berguna, cuaca, dan gempa bumi. Sebuah pengisi antara anyaman bambu diperlukan untuk menyelesaikan dinding. Tujuan dari pengisi adalah untuk melindungi terhadap hujan, angin dan hewan, untuk memberikan privasi dan memberikan perkuatan untuk menjamin stabilitas keseluruhan struktur ketika mengalami gaya horisontal. Pengisi harus didesain untuk memungkinkan cahaya dan ventilasi.
 d) Bambu sebagai atap
Atap bangunan yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap cuaca ekstrem termasuk hujan, matahari dan angin, dan untuk memberikan yang jelas, ruang yang dapat digunakan di bawah kanopi nya. Di atas semua, itu harus cukup kuat untuk menahan kekuatan yang cukup dihasilkan oleh angin dan penutup atap. Dalam hal ini bambu sangat ideal sebagai bahan atap - itu kuat, tangguh, dan ringan. Struktur bambu untuk atap dapat terdiri dari komponen Rangka atap (kuda-kuda), Gording atau purlin, kasau dan reng.
 e) Jembatan bambu
Sebuah jembatan Dapat didefinisikan sebagai struktur tinggi yang menghubungkan dua tempat agar lalu lintas dapat melewati hambatan yang ada diantara keduanya (misalnya lembah dan sungai). Berbagai jenis bentangan dan kapasitas yang hampir tak terbatas. Jembatan bambu umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan dengan bentang terbatas untuk pejalan kaki dan lalu lintas ringan. Namun konstruksi bambu dengan sambungan yang baik, telah dibangun dan telah terbukti mampu mendukung beban yang cukup besar.
 f) Perancah bambu
Perancah bambu secara luas digunakan di seluruh Asia Selatan dan Asia Tenggara dan juga Selatan Amerika sebagai struktur sementara untuk mendukung platform yang bekerja di konstruksi bangunan dan pemeliharaan (Jayanetti dkk, 2002). Keuntungan utama dari perancah bambu bila dibandingkan dengan baja yang ringan dan rendah biaya. Hal ini juga mudah disesuaikan dengan bentuk bangunan. Namun, masalah seperti kurangnya daya tahan, dan non-standar sambungan saat ini membatasi penggunaan bambu secara luas.
 g) Bambu sebagai tulangan beton
Penggunaan bambu sebagai tulangan beton adalah salah satu topik yang lebih luas dibahas berkaitan dengan bambu dalam konstruksi. Ada beberapa alasan bagus mengapa bambu mungkin dianggap sebagai penguat untuk beton yaitu : biaya rendah dibandingkan dengan baja, mudah di dapat, dan Kekuatannya untuk rasio berat badan lebih baik dibandingkan dengan baja. Perlindungan komponen Bambu Bambu tidak tahan lama dalam keadaan aslinya. Kandungan alami bambu terdapat sumber makanan yang siap untuk serangga dan jamur, dan dapat membusuk dalam waktu kurang dari satu tahun jika kontak langsung dengan tanah. Oleh karena itu perlindungan merupkan usaha yang penting 7 untuk menjamin umur yang lama dari material bambu. Perlindungan tidak selalu berarti perawatan dengan kimia. Garis pertahanan pertama adalah desain yang baik. Perlindungan dengan desain melibatkan empat prinsip dasar yaitu : menjaga bambu tetap kering, menjaga bambu kontak dengan tanah, memastikan sirkulasi udara yang baik, dan memastikan visibilitas yang baik. Konsol atap yang lebar dapat mencegah pembasahan langsung dinding saat hujan lebat, dan drainase saluran atau selokan dapat digunakan untuk menjauhkan air dari gedung dengan jarak yang aman. Risiko banjir yang lebih umum dapat dikurangi dengan membangun sebuah situs dinilai atau sedikit miring, dan menggunakan batu dinaikkan atau pondasi beton. Meningkatkan kolom bambu atau panel dinding jelas tanah juga mengurangi risiko serangan rayap, dan meningkatkan visibilitas, membuat pemeriksaan lebih mudah. Perisai rayap dapat digunakan antara pondasi dan dinding, jika risiko dianggap tinggi. Bila memungkinkan, ruang atap harus dibiarkan terlihat dengan baik sehingga untuk visibilitas dan aliran udara, dan pemeliharaan rutin, Konstruksi bambu juga dapat memberikan daerah bersarang ideal untuk tikus dan hama lainnya. Secara umum, konstruksi rongga harus dihindari.

5.7       Pengawetan Bambu
Terdapat banyak cara dalam mengawetkan bambu baik secara tradisional maupun modern, dan dengan cara alami maupun secara kimia, namun di sini hanya akan kita bahas cara pengawetan secara alami karena lebih ramah lingkungan dan sudah terbukti bisa bertahan sampai dengan diatas 50 tahun, bahkan di atas 100 tahun, bahkan dari pengalaman penulis pernah menjumpai struktur bambu yang masih bertahan dengan baik sampai dengan usia diatas 250 tahun. Cara pengawetan bambu secara alami yang  telah teruji dan terbukti dari para leluhur kita adalah dengan cara perendaman pada air mengalir selama 8 bulan sampai dengan 12 bulan. Namun jika kesulitan mendapatkan air mengalir dapat juga dilakukan pada air yang berhenti.  Ada beberapa kelemahan antara lain: terjadi perubahan warna bambu menjadi sangat gelap, waktu perendaman cukup lama tidak bisa disingkat, jika diangkat sebelum minimal 8 bulan hasilnya kurang maksimal, terjadi bau yang tidak enak meskipun sudah dikeringkan setelah perendaman masih butuh waktu lama untuk benar-benar menghilangkan baunya.


6          KESIMPULAN DAN SARAN
(a) Bambu merupakan salah satu bahan bangunan yang ramah lingkungan dibandingkan bahan kayu, karena waktu tumbuh bambu hingga panen jauh lebih singkat idealnya antara usia 3 Tahun Maksimal 7 Tahun adalah usia bambu yang kualitasnya baik untuk dipanen, dan hutan bambu akan puih kembali semula hanya perlu waktu 1 tahun, sehingga bambu jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan kayu yang memerlukan waktu panen miimal 30 tahun bahkan lebih, dan hutan baru bisa pulih setelah 30 tahun dan hutan bambu akan tetap lebat meskipun habis dipanen.
(b) Hutan bambu dapat dipanen terus-menerus secara kontinyu setelah 5 tahun pertama, karena bambu terus akan beranak pinak sedangkan kayu harus dilakukan penanaman kembali setelah penebangan untuk bisa mengembalikan menjadi hutan.
(c) Budidaya bambu tidak menuntut lahan yang bagus, tidak memerlukan perawatan yang rumit, dan masih dapat tumbuh baik pada tanah-tanah yang kurang kritis dan kurang subur. 
(d) Guna meningkatkan kualitas sebagai bahan bangunan maka diperlukan langkah pengawetan agar bambu lebih kuat, tahan lama, dan aman terhadap terjadinya perubahan cuaca. 
(e) Pengawetan Bambu ada berbagai cara baik secara tradisional maupun modern, dengan cara alami maupun kimiawi. namun cara pengawetan secara kimiawi tidak disarankan karena kurang ramah lingkungan.
(f)   Pengawetan bambu  secara alami yang paling baik adalah dengan cara perendaman di air selama 8 bulan s/d 12 bulan usahakan Perendaman pada air mengalir, namun jika terpaksa pada air berhenti jg tidak apa-apa, ini merupakan cara yang ramah lingkungan karena bebas dari bahan kimia, namun cara ini memiliki kelemahan yaitu warna bambu berubah jadi gelap dan memakan waktu yang cukup lama. cara pengawetan lainnya juga dapat dilakukan dengan pengasapan, maupun dioven namun cara ini sedikit kurang ramah lingkungan karena membutuhkan bahan bakar dan menimbulkan polusi asap dan hasil pengawetannyapun tidak sebagus dibandingkan  dengan cara pengawetan perendaman.
(g) Bambu yang digunakan sebagai tiang pancang pada tanah yang selalu basah oleh air, maka akan sangat awet bahkan kekuatannya tetap bertahan dengan baik.
(h)   Pada penggunaan bambu pada struktur-struktur bangunan bentang lebar dan tinggi maka tiap titik-titik simpul pembebanan sebaiknya dilapisi logam guna meratakan pembebanan sehingga lebih stabil dan dapat menghindari bambu  menjadi pecah.


7.      DAFTAR  PUSTAKA

Hanoto Adjie 1985  Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Penerbit PT. Erlangga, Jakarta. 

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Daerah Istimewa Yogyakarta 1983. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta.

Internet: Wikipedia

Ronald, Arya., 1988. Manusia dan Rumah Jawa, Penerbit Juta Yogyakarta.

Rapoport, Amos., 1986. House Form and Culture. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs NJ.