PENGEMBANGAN
POTENSI BAMBU PADA KONSTRUKSI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN
ABSTRAK
Dewasa ini planet bumi
sedang menghadapi anomali perubahan iklim yang cukup mengancam kelangsungan
kehidupan semua makluk di planet ini, sehingga semua pihak dituntut untuk mampu
menekan kegiatan yang menimbulkan emisi karbon dengan teknologi, alat, maupun
sistem yang lebih ramah lingkungan.
Bidang industri
konstruksi disinyalir menjadi pelaku kedua dalam menyumbang pemanasan global.
Pemakaian bahan material yang tidak dapat diperbaharui dalam jangka waktu
tertentu akan habis dan efek yang ditimbulkan merusak lingkungan. Penerapan
material ekologis yang merupakan pemenuhan aspek pada konsep green building
menjadi topik yang terus dikaji oleh peneliti atau praktisi.
Dunia Arsitektur
merupakan penyumbang terjadinya percepatan global warming karena setiap tahun
dibangun puluhan juta rumah diseluruh muka bumi dan mayoritas rumah -rumah ini
dibangun dengan bahan dasar kayu sehingga secara otomatis mempercepat
terjadinya perusakan hutan karena kebutuhan sebagai bahan bangunan, meskipun
hutan yang dibabat dapat ditanami kembali namun butuh waktu yang sangat lama
untuk pulih, paling cepat 30 tahun, sedangkan kayu-kayu tertentu butuh sampai
ratusan tahun untuk pulih kembali menjadi hutan, dunia arsitektur juga tidak
ketinggalan dengan inovasi-inovasi barunya yang telah melahirkan banyak
bangunan maupun kawasan yang telah menerapkan konsep maupun teknologi
arsitektur ramah lingkungan.
Bambu dapat menjadi salah
satu alternatif bahan bangunan yang ramah lingkungan,yang dapat menggantikan
kayu, karena bambu mudah untuk dibudidayakan, dapat hidup dengan baik hampir
disemua jenis tanah, mulai dari dataran rendah hingga tinggi, dan relatif
singkat untuk bisa dipanen dan setelahnya
dapat dipanen secara terusmenerus.
1.
PENDAHULUAN
Isu pemanasan global
bukan marak dibicarakan pada ranah penyebab dan dampak yang terjadi, akan tetapi telah bergerak pada tindakan
nyata yang tertuang dalam sebuah disain atau tahap perencanaan yang merupakan
tindakan efektif dan tepat untuk dilakukan.
Tidak heran dampak
terhadap pembangunan konstruksi langsung terkena pada masalah pemanasan global.
Seorang senator asal Amerika dikutip dari salah satu sumber media sosial,
bernama Al Gore menyatakan bahwa dunia kini dalam kondisi terancam dampak
pemanasan global.
Memang tidak dapat dipungkiri. Untuk itu langkah bijak bagi para kontruksi
dan renovasi melakukan upaya perbaikan lingkungan. Dengan tetap dapat terus
membangun tanpa memperaparah kondisi pemanasana global. Dan itu yang
diantisipasi oleh PT Nikifour karawang; kontraktor sipil terbaik berpengalaman.
Mengingat pembangunan konstruksi
sudah ditetapkan dalam Peraturan Perundangan Nasional dan Internasional. Selain
kontruksi terkait bahan bangunan yang mengikis beberapa bahan alam, kontruksi
dalam pembangunan juga merasakan hambatannya dalam pemanasan global. Perubahan
cuaca yang tidak tentu yang paling nyata terjadi.
Dewasa ini semua negara
berlomba-lomba untuk menemukan dan menerapkan teknologi ramah lingkungan
disegala bidang, mulai pembangunan pembangkit-pembangkit listrik tenaga surya,
tenaga angin, tenaga panas bumi dll. yang selama ini mayoritas pembangkit listrik
menggunakan sumber tenaga dari batu bara, maupun bahan bakar fosil, kemudian
untuk kereta api, mobil dan motor dikembangkan menggunakan tenaga listrik,
maupun tenaga air (hidrogen) dsb.
Dengan demikian, saat ini
para praktisi di bidang bangunan termasuk para insinyur atau arsitek sudah
mulai memikirkan material apa yang akan digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan yang handal, dengan berbagai pertimbangan secara teknis maupun non
teknis, sehingga dapat diterapkan dan disosialisasikan kepada masyarakat
sebagai bagian usaha pengurangan penyebab pemanasan global pada bumi. Solusi
yang dapat ditawarkan adalah penggunaan material ekologis yang merupakan
pemenuhan aspek pada konsep green building. Bambu merupakan alternatif
penerapan material ekologis yang dapat diterapkan. Penggunaan bambu pada
konstruksi bangunan diharapkan menjadi alternatif dalam pemenuhan aspek pada
konsep green building atau bangunan ramah lingkungan. Namun demikian, potensi
dan tantangan yang dihadapi pada material bambu juga perlu dikaji. Hal ini
sangat erat kaitannya dengan sustainability (kesinambungan) material bambu.
Untuk itu maka, tujuan artikel ini adalah menganalisis bambu sebagai alternatif
penerapan material ekologis, termasuk potensi dan tantangannya.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Teknik pengumpulan data adalah analisis dokumen.
3. PERMASALAHAN
Bagaimanakah
mengembangkan dan mengolah potensi bambu dengan segala kelebihan dan
kekurangannya supaya dapat menjadi bahan bangunan yang lebih berkualitas dan
ramah lingkungan.
4. TUJUAN
Meningkatkan
kualitas bambu dengan mengembangkan segala potensi yang ada supaya dapat
menjadi bahan bangunan yang kekinian dan ramah lingkungan.
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1.
Jenis-jenis
Bambu
Bambu
termasuk kedalam jenis tanaman rumput-rumputan dengan rhizoma dependen, Bambu
termasuk salah satu tanaman beruas yang
memiliki pertumbuhan paling cepat, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60
cm bahkan lebih tergantung pada kondisi tanah dimana pohon bambu tumbuh,
(Duryatmo 2000). Berikut adalah jenis-jenis bambu yang dapat digunakan sebagai
material konstruksi bangunan:
a. Bambu
Batu atau Bambu
Petung (Dendrocalamus Asper)
Pertumbuhan bambu ini dapat mencapai lingkar diameter
sebesar 20 cm dengan panjang yang dilansir dapat mencapai 25 meter. Bambu
petung memiliki ciri-ciri khas yakni diamaternya lebih besar jika dibandingkan
dengan jenis bambu lain. Jenis bambu batu ini biasanya dimanfaatkan untuk
pembuatan tiang atau penyangga bangunan. Tidak hanya itu bambu ini juga dapat
digunakan sebagai bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, mebel, anyaman, dan lain-lain.
b. Bambu
Hitam, Pring Wulung, Peri Laka (Gigantochloa Astroviolacea)
Jika dibandingkan
dengan jenis bambu batu atau petung, pertumbuhan bambu ini cenderung lebih
kecil yakni hanya mencapai diameter sebesar 14 meter dengan panjang sekitar 20
meter. Salah satu jenis bambu hitam adalah bambu wulung, dimana ciri-cirinya
adalah memiliki rumpun yang tidak rapat serta warna kulit batang yang hijau
kehitamanan. Selain itu terdapat serta bergaris kuning muda.
Bambu hitam ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
instrument musik seperti angklung, calung, gambang serta pembuatan cemplung.
Selain itu, bambu jenis ini juga dapat berfungsi sebagai bahan-bahan dasar
insdustri kerajinan tangan dan bahan pembuatan mebel karena dinilai memiliki
daya tahan terhadap hama.
c.
Bambu Apus, Pring Apus, Peri
(Gigantochloa Apus)
Jenis bambu ini adalah bambu berdiameter paling kecil, yakni
sekitar 4 – 10 meter. Sehingga bambu ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman
pagar hias, Anda dapat membaca cara membuat
pagar tanaman untuk melihat cara membuatnya. Salah satu jenis
bambu ini adalah bambu apus, dimana ciri-cirinya adalah dapat tumbuh di dataran
rendah maupun di daerah pegunungan. Warna kulit batang ini adalah hijau tua
sampai dengan kehitaman.
Batang
dari bambu ini dapat dimanfaatkan sebagai alat pembuatan pegangan payung,
peralatan memancing, kerajinan tangan seperti rak buku, insdustri pulp dan
kertas sebagai dimanfaatkan sebagai penghalau angin kencang atau wind-break
5.2 Diversitas Secara umum
Tanaman
Bambu dapat tumbuh mulai dataran rendah hingga tinggi, bahkan beberapa jenis
bambu dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan baik di daerah iklim
dengan empat musim, secara geografis. Tanaman bambu dapat tumbuh di wilayah
antara 50°LU hingga 47°LS, yang meliputi daerah barat India hingga pegunungan
Himalaya, daerah Asia Tenggara hingga Asia Timur, daerah Afrika, Australia dan
Amerika, hanya benua Eropa saja yang tidak memiliki spesies asli tanaman bambu.
5.3 Klasifikasi Ilmiah Bambu
Secara
ilmiah bambu dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi ilmiah sbb: Kerajaan :
Plantae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Upfamili: Bambusoideae, Super Bangsa:
Bambusodae, Bangsa: Bambuseae, pada beberapa jenis tanaman bambu dapat tumbuh
hingga ketinggian 30 Meter dengan diameter batang antara 15-20cm, dan dapat
bertahan hidup hingga suhu 29°Celcius.
5.4 Keunggulan
Bambu Sebagai Bahan Konstruksi
Bambu
merupakan material yang dibandrol dengan harga relatif murah. Rata-rata harga
bambu saat ini berkisar antara Rp8.000 hingga Rp15.000 per batang tergantung
kualitas. Coba bandingkan dengan harga kayu ukuran reng dan usuk saja, selisihnya sudah
setengahnya. Itulah kenapa bambu bisa menjadi salah satu material yang
direkomendasikan untuk menghemat budget pembangunan. Bentuknya
yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya otomatis membuat bambu
memiliki bobot yang lebih ringan daripada material-material yang lain. Hal ini
memungkinkan distribusinya bisa dikerjakan lebih mudah, pun demikian dengan
pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk sesuai keinginan penggunanya.
Bambu
adalah bahan bangunan yang memiliki tingkat elastisitas yang tinggi. Material
ini bisa mempertahankan kedudukannya dengan baik. Hal ini pula yang menjadikan
bambu sebagai material terbaik untuk bangunan yang berdiri di daerah-daerah
rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh, bobot bambu yang ringan tidak begitu
membahayakan penghuni bangunan tersebut. Salah satu alasan kenapa bambu
termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu mudah sekali hidup di suatu
tempat. Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang paling cepat di dunia. Bambu
yang layak digunakan biasanya berusia antara 3-5 tahun.
Bambu
mempunyai tingkat kuat tarik yang setara dengan baja berkualitas sedang pada
berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang sudah diawetkan terlebih dahulu diklaim
sangat kokoh untuk dijadikan kolom bangunan bertingkat. Perlu diketahui, kabar hebatnya bambu dalam
menopang bangunan sudah lama tersiar di masyarakat Indonesia terbukti dari
banyaknya bangunan-bangunan kuno yang menggunakan bambu sebagai penopangnya.
5.5 Kelemahan
Bambu Sebagai Bahan Konstruksi
Karena langsung dari alam dan bukan buatan pabrik,
karakteristik bambu tidak pernah sama. Diameter yang berbeda-beda memerlukan
ketelitian dalam proses seleksi bambu tahap awal. Apabila di perhatikan, jarak
ruas di bambu pun tidak pernah sama dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini
menyebabkan kesulitan tersendiri dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis.
Kendati tergolong material yang kuat, bambu memiliki kelemahan
pada detail sambungannya. Sambungan antar-bambu yang membentuk struktur
mempunyai tingkat kesulitan yang rumit. Sehingga diperlukan penguasaan bambu
yang mendalam sebelum dapat menggunakannya dengan baik.
Rayap juga dikenal suka sekali menggerogoti bambu. Jika sudah
diserang, tentu kekuatan bambu akan berkurang drastis dan cepat rusak. Solusi
mengatasi kejadian buruk ini adalah dengan mengoleskan cairan anti-rayap di
permukaan bambu secara berkala.
5.6 Bambu Sebagai Elemen Struktur Bangunan
Bambu
sebagai elemen struktur bangunan gedung Bambu dapat digunakan untuk membuat
semua komponen bangunan, baik struktural maupun non structural. Konstruksi
bangunan bambu ini ditandai dengan pendekatan kerangka struktural mirip dengan
yang diterapkan dalam konstruksi kayu. Dalam hal ini, elemen lantai, dinding
dan atap saling dihubungkan dan saling bergantung satu sama lain untuk
stabilitas keseluruhan. Ada kebutuhan untuk mengontrol deformasi lateral dalam
beberapa bentuk tradisional bangunan pada khususnya. Kecukupan dan kesesuaian
bangunan untuk hunian juga akan tergantung pada detail yang baik, misalnya
untuk membantu mencegah masuknya air dan kelembaban, serangan jamur dan kutu
kutu.
a) Bambu sebagai pondasi
Jenis-jenis
pondasi dari bambu yang umum digunakan antara lain bambu kontak tanah secara
langsung, bambu di atas pondasi batu atau beton, bambu dimasukkan ke dalam
pondasi beton, dan bambu sebagai tulangan beton. Secara umum, yang terbaik
adalah menjaga bambu agar tidak kontak langsung dengan tanah, karena bambu yang
tidak diobati dapat membusuk sangat cepat jika kontak dengan tanah.
b)
Bambu sebagai Lantai
Lantai
bangunan bambu mungkin di permukaan tanah, dan karena itu hanya terdiri dari
tanah yang dipadatkan, dengan atau tanpa perkuatan dari anyaman bambu. Namun,
solusi yang dipilih adalah untuk menaikkan lantai di atas tanah menciptakan
jenis konstruksi panggung. Hal ini meningkatkan kenyamanan dan kebersihan dan
dapat memberikan tempat penyimpanan tertutup 5 lantai ditinggikan, lantai
menjadi bagian integral dari kerangka struktur bangunan. Lantai bambu biasanya
terdiri dari balok bambu tetap untuk strip pondasi atau tumpuan ke pondasi.
Balok-balok dipasang di sekeliling bangunan. Balok dan kolom umumnya
berdiameter sekitar 100 mm.
c) Bambu sebagai dinding
Penggunaan
yang paling luas dari bambu dalam konstruksi adalah untuk dinding dan partisi.
Elemen utama dari dinding bambu umumnya merupakan bagian dari kerangka
struktural. Dengan demikian bambu harus mampu untuk menahan beban bangunan baik
berat sendiri maupun beban berguna, cuaca, dan gempa bumi. Sebuah pengisi
antara anyaman bambu diperlukan untuk menyelesaikan dinding. Tujuan dari
pengisi adalah untuk melindungi terhadap hujan, angin dan hewan, untuk
memberikan privasi dan memberikan perkuatan untuk menjamin stabilitas
keseluruhan struktur ketika mengalami gaya horisontal. Pengisi harus didesain untuk
memungkinkan cahaya dan ventilasi.
d) Bambu sebagai atap
Atap
bangunan yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap cuaca ekstrem
termasuk hujan, matahari dan angin, dan untuk memberikan yang jelas, ruang yang
dapat digunakan di bawah kanopi nya. Di atas semua, itu harus cukup kuat untuk
menahan kekuatan yang cukup dihasilkan oleh angin dan penutup atap. Dalam hal
ini bambu sangat ideal sebagai bahan atap - itu kuat, tangguh, dan ringan.
Struktur bambu untuk atap dapat terdiri dari komponen Rangka atap (kuda-kuda),
Gording atau purlin, kasau dan reng.
e) Jembatan bambu
Sebuah
jembatan Dapat didefinisikan sebagai struktur tinggi yang menghubungkan dua
tempat agar lalu lintas dapat melewati hambatan yang ada diantara keduanya
(misalnya lembah dan sungai). Berbagai jenis bentangan dan kapasitas yang hampir
tak terbatas. Jembatan bambu umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan dengan
bentang terbatas untuk pejalan kaki dan lalu lintas ringan. Namun konstruksi
bambu dengan sambungan yang baik, telah dibangun dan telah terbukti mampu
mendukung beban yang cukup besar.
f) Perancah bambu
Perancah
bambu secara luas digunakan di seluruh Asia Selatan dan Asia Tenggara dan juga
Selatan Amerika sebagai struktur sementara untuk mendukung platform yang bekerja
di konstruksi bangunan dan pemeliharaan (Jayanetti dkk, 2002). Keuntungan utama
dari perancah bambu bila dibandingkan dengan baja yang ringan dan rendah biaya.
Hal ini juga mudah disesuaikan dengan bentuk bangunan. Namun, masalah seperti
kurangnya daya tahan, dan non-standar sambungan saat ini membatasi penggunaan
bambu secara luas.
g) Bambu sebagai tulangan beton
Penggunaan
bambu sebagai tulangan beton adalah salah satu topik yang lebih luas dibahas
berkaitan dengan bambu dalam konstruksi. Ada beberapa alasan bagus mengapa
bambu mungkin dianggap sebagai penguat untuk beton yaitu : biaya rendah
dibandingkan dengan baja, mudah di dapat, dan Kekuatannya untuk rasio berat
badan lebih baik dibandingkan dengan baja. Perlindungan komponen Bambu Bambu
tidak tahan lama dalam keadaan aslinya. Kandungan alami bambu terdapat sumber
makanan yang siap untuk serangga dan jamur, dan dapat membusuk dalam waktu kurang
dari satu tahun jika kontak langsung dengan tanah. Oleh karena itu perlindungan
merupkan usaha yang penting 7 untuk menjamin umur yang lama dari material
bambu. Perlindungan tidak selalu berarti perawatan dengan kimia. Garis
pertahanan pertama adalah desain yang baik. Perlindungan dengan desain
melibatkan empat prinsip dasar yaitu : menjaga bambu tetap kering, menjaga
bambu kontak dengan tanah, memastikan sirkulasi udara yang baik, dan memastikan
visibilitas yang baik. Konsol atap yang lebar dapat mencegah pembasahan
langsung dinding saat hujan lebat, dan drainase saluran atau selokan dapat
digunakan untuk menjauhkan air dari gedung dengan jarak yang aman. Risiko
banjir yang lebih umum dapat dikurangi dengan membangun sebuah situs dinilai
atau sedikit miring, dan menggunakan batu dinaikkan atau pondasi beton.
Meningkatkan kolom bambu atau panel dinding jelas tanah juga mengurangi risiko
serangan rayap, dan meningkatkan visibilitas, membuat pemeriksaan lebih mudah.
Perisai rayap dapat digunakan antara pondasi dan dinding, jika risiko dianggap
tinggi. Bila memungkinkan, ruang atap harus dibiarkan terlihat dengan baik
sehingga untuk visibilitas dan aliran udara, dan pemeliharaan rutin, Konstruksi
bambu juga dapat memberikan daerah bersarang ideal untuk tikus dan hama
lainnya. Secara umum, konstruksi rongga harus dihindari.
5.7
Pengawetan Bambu
Terdapat banyak cara dalam mengawetkan bambu baik secara
tradisional maupun modern, dan dengan cara alami maupun secara kimia, namun di
sini hanya akan kita bahas cara pengawetan secara alami karena lebih ramah
lingkungan dan sudah terbukti bisa bertahan sampai dengan diatas 50 tahun,
bahkan di atas 100 tahun, bahkan dari pengalaman penulis pernah menjumpai
struktur bambu yang masih bertahan dengan baik sampai dengan usia diatas 250
tahun. Cara pengawetan bambu secara alami yang
telah teruji dan terbukti dari para leluhur kita adalah dengan cara
perendaman pada air mengalir selama 8 bulan sampai dengan 12 bulan. Namun jika
kesulitan mendapatkan air mengalir dapat juga dilakukan pada air yang
berhenti. Ada beberapa kelemahan antara
lain: terjadi perubahan warna bambu menjadi sangat gelap, waktu perendaman
cukup lama tidak bisa disingkat, jika diangkat sebelum minimal 8 bulan hasilnya
kurang maksimal, terjadi bau yang tidak enak meskipun sudah dikeringkan setelah
perendaman masih butuh waktu lama untuk benar-benar menghilangkan baunya.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
(a) Bambu
merupakan salah satu bahan bangunan yang ramah lingkungan dibandingkan bahan
kayu, karena waktu tumbuh bambu hingga panen jauh lebih singkat idealnya antara
usia 3 Tahun Maksimal 7 Tahun adalah usia bambu yang kualitasnya baik untuk
dipanen, dan hutan bambu akan puih kembali semula hanya perlu waktu 1 tahun,
sehingga bambu jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan kayu yang memerlukan
waktu panen miimal 30 tahun bahkan lebih, dan hutan baru bisa pulih setelah 30
tahun dan hutan bambu akan tetap lebat meskipun habis dipanen.
(b) Hutan
bambu dapat dipanen terus-menerus secara kontinyu setelah 5 tahun pertama,
karena bambu terus akan beranak pinak sedangkan kayu harus dilakukan penanaman
kembali setelah penebangan untuk bisa mengembalikan menjadi hutan.
(c) Budidaya
bambu tidak menuntut lahan yang bagus, tidak memerlukan perawatan yang rumit,
dan masih dapat tumbuh baik pada tanah-tanah yang kurang kritis dan kurang
subur.
(d) Guna
meningkatkan kualitas sebagai bahan bangunan maka diperlukan langkah pengawetan
agar bambu lebih kuat, tahan lama, dan aman terhadap terjadinya perubahan
cuaca.
(e) Pengawetan
Bambu ada berbagai cara baik secara tradisional maupun modern, dengan cara
alami maupun kimiawi. namun cara pengawetan secara kimiawi tidak disarankan karena
kurang ramah lingkungan.
(f) Pengawetan
bambu secara alami yang paling baik
adalah dengan cara perendaman di air selama 8 bulan s/d 12 bulan usahakan
Perendaman pada air mengalir, namun jika terpaksa pada air berhenti jg tidak
apa-apa, ini merupakan cara yang ramah lingkungan karena bebas dari bahan
kimia, namun cara ini memiliki kelemahan yaitu warna bambu berubah jadi gelap
dan memakan waktu yang cukup lama. cara pengawetan lainnya juga dapat dilakukan
dengan pengasapan, maupun dioven namun cara ini sedikit kurang ramah lingkungan
karena membutuhkan bahan bakar dan menimbulkan polusi asap dan hasil
pengawetannyapun tidak sebagus dibandingkan
dengan cara pengawetan perendaman.
(g) Bambu
yang digunakan sebagai tiang pancang pada tanah yang selalu basah oleh air,
maka akan sangat awet bahkan kekuatannya tetap bertahan dengan baik.
(h)
Pada
penggunaan bambu pada struktur-struktur bangunan bentang lebar dan tinggi maka
tiap titik-titik simpul pembebanan sebaiknya dilapisi logam guna meratakan
pembebanan sehingga lebih stabil dan dapat menghindari bambu menjadi pecah.
7. DAFTAR
PUSTAKA
Hanoto
Adjie 1985 Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Penerbit
PT. Erlangga, Jakarta.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Daerah Istimewa Yogyakarta 1983. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Internet:
Wikipedia
Ronald,
Arya., 1988. Manusia dan Rumah Jawa,
Penerbit Juta Yogyakarta.
Rapoport,
Amos., 1986. House Form and Culture.
Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs NJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar